SITUBONDO – Wajah Sungai Jumain yang melintas di perbatasan Desa Besuki dan Desa Kalimas kian memprihatinkan. Lubang jembatan di Jalan Suwari, yang seharusnya menjadi akses vital transportasi warga, kini justru berubah fungsi menjadi tempat penampungan sampah liar. Plastik, sisa makanan, hingga limbah rumah tangga menutupi aliran sungai, menyebarkan bau busuk yang menyengat ke permukiman sekitar.
Fenomena ini bukan kejadian baru. Bertahun-tahun Sungai Jumain telah dijadikan “tong sampah raksasa” oleh oknum warga. Kemudahan akses jalan justru dimanfaatkan untuk melempar kantong plastik berisi sampah langsung ke sungai, baik siang maupun malam. Ironisnya, kondisi tersebut berlangsung tanpa pernah ada penanganan serius dari pihak berwenang.
Setiap musim hujan, sampah memang hanyut terbawa arus. Namun saat kemarau tiba, tumpukan kembali menggunung hingga hampir menutup aliran. Pola ini terus berulang, menunjukkan betapa lemahnya pengawasan lingkungan dan kesadaran masyarakat.
Tokoh masyarakat Besuki, Buhari Muslim, menilai persoalan ini sudah terlalu lama dibiarkan.
“Kami tidak ingin sekadar saling menyalahkan. Yang kami butuhkan langkah nyata. Pemerintah harus hadir, memberi solusi jangka panjang, bukan hanya bersih-bersih sesaat. Kalau dibiarkan, Sungai Jumain akan terus jadi tempat pembuangan sampah, dan dampaknya bukan hanya bau, tapi juga penyakit,” tegasnya, Kamis (21/08/2025).
Lebih memprihatinkan, hingga berita ini ditulis, Kabid DLH Bagian Persampahan, Hendra, yang dikonfirmasi awak media, tidak merespons. Padahal, penumpukan sampah di Sungai Jumain sudah lama menjadi keluhan publik.
Minimnya tindakan nyata dari pemerintah desa maupun instansi terkait membuat warga pesimis masalah ini akan tuntas. Jika dibiarkan berlarut, Sungai Jumain bukan sekadar simbol pencemaran lingkungan, tetapi juga bom waktu kesehatan bagi ribuan warga yang hidup di sekitarnya.
sampah-menumpuk-di-jembatan-sungai-jumain-kalimas-besuki-pemerintah-dinilai-abai