MATARAM – Rencana pembangunan SMA Unggulan Garuda Nusantara di kawasan Kebun Raya Lemor, Kecamatan Suela, Kabupaten Lombok Timur, menuai pro dan kontra. Meski muncul petisi penolakan dari sejumlah warga, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Lombok Timur tetap menyatakan dukungan penuh terhadap proyek pendidikan tersebut.
Sekretaris Daerah (Sekda) Lombok Timur, Muhammad Juaini Taofik, menegaskan Pemkab menyiapkan lahan seluas 40 hektare untuk proyek ini. Dari jumlah tersebut, separuhnya atau sekitar 20 hektare akan digunakan untuk pembangunan sekolah.
“Luasnya itu 40 hektar, setengahnya akan kita kembangkan (untuk sekolah Garuda Nusantara, red),” ujar Muhammad Juaini Taofik, di Mataram, Senin (8/9/2025).
Juaini menyebut penolakan sebagian warga sebagai hal wajar dalam iklim demokrasi. Namun ia memastikan, Pemkab tetap berpegang pada kajian ilmiah dan prosedur resmi.
“Saya pikir di era demokrasi semua boleh mengeluarkan pendapat. Itu lebih kepada pendapat masyarakat. Tentu ada tim yang akan mengkajinya, dan hasilnya akan disampaikan secara terbuka,” tegasnya.
Menurutnya, lahan di Kebun Raya Lemor dipilih karena merupakan aset Pemda yang masih kosong. Dengan begitu, Pemkab tidak perlu membeli lahan baru. Lokasi sekolah rencananya berada tidak jauh dari Rumah Sakit Selaparang.
“Kenapa harus di Lemor? Karena itu lahan pemda. Pembangunan ini memang harus berada di atas aset pemda agar tidak perlu pembelian lahan lagi,” jelasnya.
Juaini menegaskan, pembangunan SMA Unggulan Garuda Nusantara tidak bisa serta-merta dilakukan. Ada berbagai syarat ketat yang harus dipenuhi, termasuk Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL).
“Sebelumnya tim dari Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi sudah turun ke lokasi. Tapi ini tidak serta merta. Ada prosesnya. Ada AMDAL-nya, termasuk kajian resapan air dan dampak lingkungan lain yang sangat ketat. Itu semua tidak mungkin dibangun sebelum persyaratan terpenuhi,” terangnya.
Juaini juga menekankan fungsi konservasi di Kebun Raya Lemor tetap dijaga. Menurutnya, pembangunan sekolah tidak akan mengurangi fungsi kawasan, sebab konsep pengembangan justru mengedepankan tanaman-tanaman langka.
“Pembangunan ini sangat ketat. Tidak boleh fungsi lama berkurang. Itu bagian dari penilaian. AMDAL-nya belum keluar. Jadi tidak akan dibangun sebelum ada DED (Detail Engineering Design). Rencana ini pun belum disetujui, masih tahap pengajuan,” tambahnya.
Selain fokus pada pendidikan, Sekda Lotim menilai keberadaan SMA Garuda Nusantara juga bisa berdampak positif bagi masyarakat sekitar dan pariwisata daerah.
“Konsep kami, nanti ada sinergi dengan masyarakat lokal di sekitar kawasan. Sumber siswa sebagian besar dari nasional, mungkin dua pertiga dari Lombok dan sisanya dari luar NTB. Itu bisa memberi dampak ke pariwisata juga,” katanya.
Meski menghadapi penolakan warga, Pemkab Lombok Timur optimistis rencana pembangunan sekolah unggulan ini akan berjalan sesuai prosedur, dengan tetap memperhatikan aspek konservasi dan kesejahteraan masyarakat setempat. (rat)
pembangunan-sma-unggulan-di-kebun-raya-lemor-tuai-pro-kontra