Miris! Pelajar SD Terindikasi LGBT BERITA WUKONG778 MUSIC

MENCUAT: Kasus LGBT di kalangan pelajar di Kota Mataram mencuat ke permukaan.
(SUDIRMAN/RADAR LOMBOK)

MATARAM – Kasus penyimpangan seksual anak mulai muncul di Kota Mataram. Kasus penyimpangan seksual ini cukup mencengangkan semua pihak karena mereka sudah terlibat dalam lesbian, gay, biseksual dan transgender (LGBT).

Kasus penyimpangan seksual anak ini terungkap pada dalam rapat kerja Komisi IV DPRD Kota Mataram bersama Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DP3A), dan Dinas Pendidikan Kota Mataram, Senin (25/8). Dalam forum tersebut, Sekretaris Komisi IV DPRD Kota Mataram, Nyayu Ernawati menyayangkan munculnya adanya indikasi perilaku menyimpang terkait LGBT di lingkungan sekolah dasar (SD). Dia juga mengungkapkan keprihatinannya terhadap laporan temuan seorang anak SD yang terindikasi memiliki perilaku seksual menyimpang. Bahkan tergabung dalam sebuah grup percakapan daring yang berisi anak-anak lain dengan kecenderungan serupa. “Yang sangat mengerikan, anak-anak yang ingin masuk ke dalam grup itu harus melalui hubungan seksual terlebih dahulu. Ini tidak bisa dibiarkan,” sesalnya kepada Radar Lombok.

Dalam kesempatan itu, Nyanyu minta sekolah libatkan psikolog dan dinas terkait untuk melakukan pendampingan. Sebab, data dari LPA Kota Mataram menemukan ada beberapa kasus penyimpangan seksual LGBT dari kalangan anak SD sampai SMA di Kota Mataram. Kasus tersebut bukan hanya ancaman terhadap individu anak, tetapi juga berpotensi menjadi mata rantai penularan perilaku. Terutama jika korban menularkan atau memengaruhi teman sebayanya.

Ia meminta agar hal ini tidak dianggap remeh karena kecenderungan seksual yang menyimpang pada usia dini dapat terjadi karena pengaruh lingkungan dan minimnya pengawasan. “Biasanya anak yang menjadi korban bisa menjadi pelaku berikutnya karena merasa penasaran atau ingin diterima di kelompok tertentu,” kata Nyayu.

Dalam rapat tersebut, Nyanyu juga menilai penting adanya kolaborasi antara sekolah, orang tua, dan pihak berwenang dalam menangani kasus-kasus serupa. Hal ini mengingat lemahnya edukasi dan penyuluhan di sekolah terkait kesehatan reproduksi dan pendidikan karakter. Dinas Pendidikan dan DP3A harus menyusun program penyuluhan yang lebih masif dan berkelanjutan di seluruh jenjang pendidikan dasar. Penyuluhan ini harus mampu menyentuh aspek psikologis anak agar mereka memahami batasan perilaku sosial yang sehat dan tidak mudah terpengaruh lingkungan. “Anak-anak bisa ikut-ikutan karena rasa penasaran atau karena tidak tahu bahwa itu salah,” tegasnya.

Dalam rapat tersebut, Nyanyu juga mendesak agar DP3A segera melibatkan psikolog untuk menangani anak-anak yang terindikasi menjadi korban ataupun pelaku. “Kami tidak ingin ini dianggap sepele. Pendampingan psikologis harus segera dilakukan agar tidak semakin banyak anak yang terjerumus,” ungkapnya.

Nyanyu berharap agar pemerintah kota serius menghadapi fenomena ini dengan kebijakan yang terstruktur dan dukungan anggaran yang memadai. DPRD Kota Mataram menegaskan komitmennya untuk mengawal kasus ini hingga tuntas. Rapat tersebut menjadi momen penting untuk merumuskan strategi pencegahan perilaku menyimpang sejak dini, termasuk mengintegrasikan pendidikan karakter dan nilai moral dalam kurikulum sekolah dasar. ‘’Kita berharap agar semua pihak dapat bekerja sama dalam menciptakan lingkungan belajar yang aman dan sehat bagi anak-anak, sekaligus membentengi mereka dari paparan pengaruh negatif di era digital saat ini,’’ harapnya.

Wakil Ketua Komisi IV, Zia Urrahman menambahkan, Pemkot Mataram harus segera atensi temuan-temuan kasus penyimpangan seksual anak ini. Apalagi di lingkungan pelajar sangat mengkhwatirkan dan meresahkan orang tua selama ini.

‘’Kita harapkan ini jadi atensi, dinas terkait harus bergerak cepat,’’ katanya.

Plt Kepala DP3A Kota Mataram, Yunia Arini mengklaim telah berupaya maksimal. Beberapa upaya sudah mulai dilakukan dengan melakukan sosialisasi ke beberapa sekolah langsung, serta pendampingan baik ke korban kekerasan seksual, maupun beberapa kasus lain.

‘’Kita terus lakukan pendampingan, termasuk soal konten-konten negatif kita koordinasi dengan Diskominfo Kota Mataram. Peran orang tua juga sangat penting karena banyak juga orang tua banyak memberikan kebebasan ke anak-anaknya menggunakan handphone tanpa ada pengawasan sehingga kami sulit melakukan deteksi. Saran dari pimpinan di komisi IV DPRD akan kita tindaklanjuti dan sosialisasi melalui media sosial kedepanya akan digencarkan,’’ katanya. (dir)


miris-pelajar-sd-terindikasi-lgbt