MATARAM – Beberapa hari terakhir di Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) diguncang sejumlah kasus kriminalitas, terutama kasus pembunuhan sadis yang membuat resah masyarakat. Korban berasal dari latar belakang berbeda, mulai dari perempuan muda, bahkan hingga aparat kepolisian.
Kasus pertama yang mengejutkan publik adalah pembunuhan terhadap Nurminah (27), seorang perempuan asal Lombok Barat. Dia diduga dibunuh oleh kekasihnya berinisial IH, lalu jasadnya dicor di dalam septic tank.
Belum selesai keterkejutan masyarakat, kasus lain kembali muncul. Pada Minggu (24/8), seorang anggota Polres Lombok Barat ditemukan tewas dengan kondisi leher terjerat tali. Jenazahnya ditemukan warga di Dusun Nyiur Lembang, Desa Jembatan Gantung, Kecamatan Lembar.
Belum reda trauma masyarakat, kasus terbaru menimpa mahasiswi Universitas Mataram (Unram), Made Vaniradya Puspa Nitra (19). Ia ditemukan tewas di kawasan Pantai Nipah, Desa Malaka, Kecamatan Pemenang, Lombok Utara, Rabu (27/8) pagi.
Maraknya kasus pembunuhan di NTB ini, khususnya di Lombok, tentu mendapat perhatian serius Gubernur NTB, Lalu Muhamad Iqbal. Menurutnya, masyarakat perlu lebih memperhatikan kesehatan jiwa, selain kesehatan fisik.
“Selama ini kan kita hanya mengobati penyakit-penyakit yang sifatnya menular, dan tidak menular, atau yang sifatnya medical. Tetapi kan kita ada isu kejiwaan juga menjadi penting,” ungkap Gubernur Iqbal di Mataram, Kamis (28/8/2025).
Gubernur Iqbal menegaskan, problem besar yang perlu dicari solusinya ke depan adalah gangguan kejiwaan. Pemerintah provinsi, kata dia, menyambut baik penyelenggaraan berbagai simposium untuk memperkuat kapasitas para dokter jiwa. Ini bagian dari kesehatan holistik. Tidak hanya medis, tetapi juga kejiwaan.
“Kita semua mengalami gangguan kejiwaan, karena kita gagap dalam budaya. Perubahan kebudayaan ini berjalan dengan begitu cepat, media sosial membuat kita lebih memahami apa yang terjadi di Jakarta, dibandingkan di tetangga kita,” ujar Gubernur Iqbal.
Gubernur Iqbal juga menyoroti fenomena over information (terlalu banyak informasi) yang membanjiri masyarakat setiap hari. Menurutnya, sekitar 80 persen informasi yang dikonsumsi masyarakat sebenarnya tidak relevan dengan kehidupan sehari-hari, tetapi tetap diserap, sehingga memengaruhi kondisi psikologis.
“Ini harus kita telan, padahal tidak ada kaitannya dengan kita. Akibatnya, kita butuh ketahanan psikologis yang kuat untuk mengelola kejiwaan,” jelas Gubernur Iqbal.
Sementara itu, Direktur RSJ Mutiara Sukma, dr. Wiwin Nurhasida, turut menyampaikan keprihatinannya atas maraknya kasus pembunuhan di NTB. Menurutnya, rentetan kasus ini bisa menjadi trigger atau pemicu masyarakat lain, bahkan bisa ditiru.
“Berita-berita terakhir ini sangat memprihatinkan. Bisa menjadi metode untuk meniru. Karena itu, kami akan segera bergerak, walaupun sebelumnya sudah bergerak, tapi akan semakin intens mengedukasi masyarakat,” ujarnya.
Wiwin menilai, tingginya kasus dugaan pembunuhan belakangan ini sangat erat kaitannya dengan kondisi psikis pelaku maupun korban. Untuk itu, RSJ Mutiara Sukma akan memperkuat langkah edukasi dan sosialisasi kepada masyarakat tentang pentingnya menjaga kesehatan mental.
Menurutnya, edukasi ini akan difokuskan pada aspek pengendalian diri dan soft skill, seperti mengelola emosi, mengatasi kecemasan, hingga mengendalikan amarah dalam kondisi tertekan. “Kesehatan mental itu perlu. Bagaimana mengendalikan emosi, kecemasan, dan kondisi jiwa lainnya. Itu yang akan kami sampaikan kepada masyarakat,” jelasnya. (rat)
marak-kasus-pembunuhan-gubernur-pentingnya-kesehatan-jiwa