Kemenparekraf Apresiasi Tradisi Mandi Safar BERITA WUKONG778 MUSIC

MANDI SAFAR: Pejabat hingga warga antusias mengikuti ritual Mandi Safar di Gili Air, Desa Gili Indah, Kecamatan Pemenang, Rabu (20/8). (DERY HARJAN/RADAR LOMBOK)

TANJUNG – Rabu pagi (20/8), masyarakat di tiga gili (Trawangan, Meno, dan Air) berbondong-bondong berdatangan ke Gili Air untuk merayakan Mandi Safar.

Prosesi ritual Mandi Safar berlangsung khidmat dan dimeriahkan berbagai hiburan tradisional serta arak-arakan perahu kecil berisikan sesaji. Arak-arakan itu dipikul oleh empat orang dewasa, diiringi para lelaki dan perempuan yang membawa makanan serta buah-buahan menuju tempat penerimaan tamu undangan.

Sebelum memulai ritual, tamu undangan yang hadir—antara lain Kepala Biro Sumber Daya Manusia dan Organisasi Kementerian Pariwisata RI Antonio Wasono Imam Prakoso, Wakil Bupati Lombok Utara Kusmalahadi Syamsuri, Pabung 1606 Mataram, Ketua Bhayangkari Cabang Lombok Utara Henny Agus Purwanta, sejumlah kepala OPD, serta undangan lainnya. Mereka dihibur berbagai atraksi tradisional seperti Tarian Assalamu’alaikum (ucapan selamat datang), Tarian Rudat, dan Gendang Beleq.

Prosesi Mandi Safar dimulai dengan pelepasan sesaji di perahu kecil, pembacaan barzanji, zikir, dan doa bersama yang dipimpin tokoh agama setempat untuk memohon keselamatan dan tolak bala. Setelah itu, sesaji dilarung ke laut lalu diperebutkan warga, kemudian ditutup dengan mandi bersama di pantai. Kegiatan ini juga diikuti wisatawan nusantara dan mancanegara.

Tradisi adat Mandi Safar merupakan acara inti dari Gili Festival yang tahun ini dipusatkan di Gili Air, dan menjadi bagian dari Kharisma Event Nusantara (KEN) 2025.

Kepala Biro Sumber Daya Manusia dan Organisasi Kementerian Pariwisata RI, Antonio Wasono Imam Prakoso, memberikan apresiasi kepada Pemkab Lombok Utara selaku penyelenggara karena berhasil membawa Gili Festival masuk dalam 100 KEN Tahun 2025, bersama tiga event lain dari NTB yaitu Festival Rimpu Mantika, Alunan Budaya Desa Pringgasela, dan Perang Topat. “Kita berharap event-event ini terus konsisten dengan konsep unik, inovatif, dan kualitas yang meningkat dari tahun ke tahun,” ujarnya.

Menurut Antonio, terpilihnya Gili Festival dalam KEN 2025 menunjukkan pengakuan nasional atas kekayaan budaya dan potensi ekonomi lokal di KLU. “KEN bukan hanya event tahunan, tetapi wadah untuk mendorong promosi destinasi wisata, memperluas pasar, dan memperkuat ekonomi masyarakat. Kami berharap event ini berkembang menjadi magnet wisata alam, budaya, serta produk ekonomi kreatif unggulan,” katanya.

Wakil Bupati Lombok Utara, Kusmalahadi Syamsuri, menyampaikan rasa syukur karena tradisi Mandi Safar kini diakui sebagai bagian KEN 2025. Ia menegaskan pelaksanaan Mandi Safar akan digilir di tiga gili setiap tahun. “Tahun depan di Gili Trawangan. Tradisi ini bukan hanya seremonial, tetapi juga sarat makna karena ada zikir dan doa untuk keberkahan masyarakat,” ucapnya.

Ia pun meminta dukungan pemerintah pusat agar event di KLU dapat konsisten digelar, bahkan berencana mengusulkan Maulid Adat Bayan ke KEN berikutnya. “Mudah-mudahan bisa lolos kurasi Kementerian Pariwisata,” harapnya.

Kepala Dinas Pariwisata KLU, Dende Dewi Tresni Budi Astuti, menambahkan Gili Festival sangat diminati wisatawan, terbukti antusiasme mereka mengikuti rangkaian acara sejak 18–20 Agustus 2025. “Rasa ingin tahu wisatawan mancanegara terhadap budaya kita luar biasa,” ujarnya.

Ketua Panitia Gili Festival 2025, Harun Zaenudin, menjelaskan Mandi Safar dilaksanakan setiap Rabu terakhir bulan Safar dalam kalender Hijriah. Selain Mandi Safar, sejumlah acara lain juga digelar, mulai dari holy celebration with locals, turtle release, stick fighting performance, local wisdom exhibition, traditional games, art and culture stage, hingga rudat performance. (der)


kemenparekraf-apresiasi-tradisi-mandi-safar