PALEMBANG — Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI) Sumatera Selatan menegaskan sikap tegasnya terhadap maraknya peredaran dan penyalahgunaan narkoba yang semakin mengkhawatirkan. Fenomena terbaru menunjukkan adanya tren di kalangan anak muda yang menganggap narkoba sebagai bagian dari gaya hidup, mulai dari pesta hingga konten di media sosial.
Ketua KNPI Sumsel, Deri Andika, menekankan bahwa kecenderungan ini adalah alarm keras bagi masa depan generasi.
“Kita tidak boleh membiarkan narkoba dinormalisasi sebagai gaya hidup keren. Ini bukan tren, ini jebakan yang merusak masa depan anak muda Sumatera Selatan,” tegas Deri Andika, (17/08/2025).
Data dari Badan Narkotika Nasional (BNN) bersama BRIN dan BPS mencatat prevalensi penyalahgunaan narkotika nasional tahun 2023 mencapai 1,73 persen atau sekitar 3,33 juta orang, dengan 312 ribu di antaranya adalah remaja berusia 15–25 tahun. Sementara di Sumatera Selatan, aparat penegak hukum terus mencatat lonjakan kasus. Pada semester I tahun 2024, Polda Sumsel mengungkap 851 kasus dengan 1.025 tersangka, sebagian besar adalah pengedar. BNNP Sumsel sepanjang 2024 juga memusnahkan hampir 30 kilogram sabu, menyita puluhan kilogram ganja kering, serta merehabilitasi ribuan pecandu.
Deri menegaskan bahwa narkoba bukan hanya masalah hukum, tetapi juga krisis kesehatan publik.
“Kalau generasi kita sudah dirusak narkoba, siapa yang akan melanjutkan tongkat estafet kepemimpinan Sumsel di masa depan? Ini bukan hanya soal individu, tapi soal keberlangsungan bangsa,” ujarnya.
Dalam momentum Hari Ulang Tahun ke-80 Kemerdekaan Republik Indonesia, KNPI Sumsel juga mengingatkan bahwa makna kemerdekaan sejati tidak hanya berhenti pada upacara dan simbol, tetapi juga pada kemampuan bangsa menjaga generasinya dari penjajahan baru: narkoba.
“Para pendiri bangsa berjuang melawan penjajahan fisik dengan darah dan nyawa. Hari ini, kita berhadapan dengan bentuk penjajahan baru—narkoba yang menggerogoti anak-anak muda kita. Kalau pemuda kita hancur karena narkoba, maka merdeka yang kita rayakan hanyalah seremoni, bukan kenyataan,” kritik Deri Andika.
KNPI Sumsel sendiri tengah menggagas program-program konkret untuk mencegah, mendeteksi dini, sekaligus mendampingi pemulihan para pemuda yang terjerat narkoba. Mulai dari roadshow edukasi bertajuk Safe Party, Safe Mind, pembentukan 1000 peer educator di kabupaten/kota, pendirian Pos Rehabilitasi Pemuda, hingga kampanye digital untuk menandingi konten glamorisasi narkoba di media sosial.
Lebih jauh, KNPI juga mendorong agar pendekatan rehabilitasi menjadi jalan utama bagi pengguna pemula.
“Bagi adik-adik yang sudah terlanjur terjerat, jangan malu untuk mencari bantuan. Rehabilitasi bukan aib, justru langkah berani untuk menyelamatkan masa depan,” ungkap Deri Andika.
Ia juga mengajak seluruh elemen untuk bersatu, dari sekolah, kampus, komunitas, hingga influencer muda, dalam menyebarkan pesan anti-narkoba.
“Pemuda Sumsel harus jadi barisan terdepan dalam melawan narkoba—bukan korban, tapi pionir perubahan. Kita bisa tunjukkan bahwa gaya hidup sehat, kreatif, dan produktif jauh lebih hebat. KNPI tidak bisa bekerja sendirian. Mari bersama kita putus rantai narkoba di Sumatera Selatan,” tutup Deri. (Adi Simba)
kalangan-anak-muda-anggap-narkoba-sebagai-gaya-hidup-knpi-sumsel-tegaskan-sikap