Surabaya tidak hanya dikenal sebagai Kota Pahlawan, tapi juga punya peran penting dalam sejarah musik jazz Indonesia.
Dari sinilah lahir Jazz Traffic Festival (JTF), sebuah festival musik yang kini menjelma sebagai ikon seni dan budaya.
Sejak pertama digelar pada 2011 lalu, JTF terus tumbuh menjadi ruang ekspresi lintas genre, sekaligus wadah kenangan tak terlupakan bagi pecinta musik.
2011-2013: Awal Mula
Jazz Traffic Festival pertama digelar pada 27 November 2011 di Grand City Surabaya dengan durasi 12 jam nonstop, mulai pukul 12.00 hingga 24.00 WIB.
Diprakarsai Errol Jonathans melalui Radio Suara Surabaya, JTF hadir dengan semangat menghidupkan kembali ruh Surabaya sebagai kota yang dianggap cikal bakal jazz di Indonesia, tempat lahir dan tumbuhnya sejumlah legenda musik jazz.
Dari idealisme itu lahirlah Djarum Super Mild Jazz Traffic Festival 2011, yang menampilkan ragam warna jazz dengan sedikit sentuhan rock dan fusion, namun tetap didominasi nuansa jazz klasik.
Penikmat jazz murni pun menemukan momentumnya. Sementara antusiasme masyarakat mendorong festival ini untuk digelar rutin setiap tahun.
Kesuksesan itu berlanjut pada 24 November 2012, ketika JTF kembali hadir di Grand City Convex dengan melibatkan lebih dari 200 musisi.
Panggung tahun kedua ini menghadirkan jazz dalam berbagai bentuk mainstream dari fusion, hingga easy jazz, serta memperkaya dengan kolaborasi dan sentuhan etnik. Namun, 2012 juga menjadi tahun duka karena kepergian maestro Bubi Chen.
Sebagai penghormatan, JTF 2012 dipersembahkan sebagai Tribute to Jazz Legend, menghadirkan Barry Likumahuwa Project, Maliq & D’Essentials, Sandhy Sondoro, Tohpati Bertiga, hingga Toninho Horta gitaris Brasil.
Berbeda dari tahun pertama, kali ini pagar pembatas dihilangkan sehingga musisi dan penonton bisa lebih berbaur, menciptakan suasana jazzy yang hangat dan penuh apresiasi.
Pada 24 November 2013, Suara Surabaya Media bersama Djarum Super Mild kembali menggelar JTF di Grand City Convex dengan 17 penampil yang membawakan tiga warna jazz: mainstream, fusion, dan pop.
Nama-nama seperti Bubu Giri, LLW feat Eva Celia, Tulus, Andien, Raisa, hingga Glenn Fredly meramaikan panggung.
Ciri khas JTF 2013 adalah hadirnya nuansa tradisi Surabaya lewat seniman ludruk Kartolo yang berduet dengan gitaris Koko Harsoe, membawakan parikan segar di panggung jazz.
Festival ini juga dibuat inklusif dengan sistem satu tiket untuk semua penampilan.
Mengusung tagline The Future Spirit, JTF 2013 membawa misi menjadikan Surabaya sebagai Jazz City sekaligus ruang berekspresi bagi jazzer Indonesia, sembari mendorong pariwisata kota lewat gelaran musik yang menghibur, edukatif, dan apresiatif.
2014-2016: Memperluas Genre dan Pengalaman
Bank Jatim Jazz Traffic Festival 2014 menjadi momen spesial karena untuk pertama kalinya digelar selama dua hari, 22–23 November di Grand City Convex Surabaya.
Mengusung konsep 3 Stages on 2 Days, ada 42 penampil lintas warna jazz yang meramaikan panggung, mulai Krakatau Reunion, Gugun Blues Shelter, Tulus, Raisa, Afgan and His Big Band, hingga Dwiki Dharmawan and World Orchestra.
Kejutan besar hadir lewat reuni Krakatau setelah 20 tahun serta aksi Three Song, trio jazzer belia berusia 10–15 tahun.
Mengangkat tema Your Choices, JTF 2014 benar-benar memberi banyak opsi bagi penikmat jazz, bahkan menyiapkan mini stage untuk komunitas jazz.
Nuansa kepahlawanan juga terasa karena perhelatan ini bertepatan dengan bulan Hari Pahlawan, lengkap dengan panggung bernuansa Jembatan Merah dan patung pertempuran yang alatnya diganti dengan instrumen musik.
Memasuki tahun kelima, Jazz Traffic Festival 2015 kembali digelar di Grand City Convex Surabaya pada 28–29 November.
Dengan tiga panggung dan lebih dari 200 musisi, perayaan jazz tahun itu terasa semakin meriah.
Deretan nama besar seperti Judika, Kunto Aji, Glenn Fredly, Kahitna, hingga Krakatau tampil dengan sajian spesial.
Krakatau bahkan membawakan lagu dari sembilan albumnya, sekaligus memperkenalkan materi baru yang masih dalam proses pengerjaan.
JTF 2015 tidak hanya menampilkan musik, tapi juga mengajak penonton merayakan jazz sebagai ikon kota Surabaya.
Pertemuan lintas musisi dan komunitas lokal hingga internasional menjadi ciri khas yang kian melekat, salah satunya lewat penampilan Eric Legnini Trio dari Prancis yang memikat dengan formasi trio klasik.
Setahun berselang, Jazz Traffic Festival 2016 hadir dengan tagline Beyond Space, menggambarkan jazz yang melampaui batas imajinasi.
Masih bertempat di Grand City Convex Surabaya pada 27–28 Agustus, festival ini menampilkan wajah baru yang belum pernah hadir di JTF sebelumnya, termasuk Ari Lasso yang populer dengan Mengejar Matahari.
Warna segar juga datang dari generasi muda seperti GAC, Yuka Tamada, dan Virzha, yang tampil berdampingan dengan musisi besar langganan JTF.
Hari pertama diramaikan Glenn Fredly, Fariz RM, Maliq & D’Essentials, The Groove, hingga Idang Rasjidi, sementara hari kedua menghadirkan Ari Lasso, Dwiki Dharmawan Jazz Connection feat Lea Simanjuntak, Barry Likumahuwa, Andien, Tohpati, Eva Celia, Monita Tahalea, The Overtunes, dan banyak lagi.
2017-2019: Memaknai Kebebasan
JTF tahun 2017 digelar di Grand City Surabaya pada 18–19 Agustus dengan tagline Souls of Freedom, terinspirasi dari pandangan Dave Brubeck bahwa “jazz stands for freedom”.
Menurut Errol Jonathans Dirut Suara Surabaya Media, jazz adalah ekspresi kebebasan jiwa, sehingga JTF menjadi ruang yang merangkul berbagai genre.
Meski jazz tetap dominan lewat Indra Lesmana Keytar Trio, JOC, hingga Yura Yunita, festival ini juga menghadirkan nama-nama pop dan rock seperti Virgoun, Anji, hingga Sheila on 7.
Lebih dari 300 musisi tampil di lima panggung, menjadikan JTF 2017 sebagai pesta musik dua hari penuh yang semakin memperkuat posisinya sebagai ikon Surabaya sejak 2011.
Tahun 2018, IndiHome Jazz Traffic Festival tampil lebih eksperimental dengan kolaborasi lintas genre tanpa meninggalkan ruh jazz.
Indra Lesmana Project membawa nuansa jazz-rock, Gilang Ramadhan Blue berkolaborasi dengan Eet Sjahranie, sementara Via Vallen menghadirkan Via Vallen Jazz Traffic Project.
Deretan musisi jazz papan atas seperti Dwiki Dharmawan, Syaharani & Queenfireworks, hingga Sri Hanuraga Trio feat Dira Sugandi tetap memberi warna utama, ditambah kehadiran Tom Grant musisi internasional.
Lebih dari lima panggung diisi line-up populer seperti Raisa, Isyana, Tulus, hingga GAC, menjadikan JTF 2018 sebagai “candradimuka jazz Indonesia” sekaligus cermin masa depan musik tanah air.
Edisi kesembilan, Bistar Jazz Traffic Festival 2019, hadir di Atlantis Land, Kenjeran Park, pada 14–15 September dengan tema Unlimited Fun (Play, Sing, Eat, Dance).
Konsep ini menggabungkan JTF dengan Surabaya Urban Culture Festival, memberi pengalaman baru bagi penonton menikmati musik sambil menjelajahi wahana dan kuliner.
Rommy Febriansyah selaku Ketua Panitia menyebut, pengunjung bahkan bisa menonton konser sambil naik komidi putar.
Puluhan musisi lintas genre tampil, dari Raisa, Tulus, Nidji, hingga Dewa 19 feat Ari Lasso & Dul Jaelani, serta jazz murni lewat Indra Lesmana Quartet dan Idang Rasjidi Oktet.
2022: Bangkit Pasca Pandemi
Komando Armada (Koarmada) II bersama Suara Surabaya Media menggelar Navy Jazz Traffic Festival 2022 di Villa Navy Residence, Lawang, Kabupaten Malang, pada 14 Mei.
Setelah dua tahun vakum akibat pandemi, festival jazz terbesar di Jawa Timur ini kembali hadir dengan konsep berbeda, menghadirkan suasana pegunungan sekaligus mendekatkan TNI AL dengan masyarakat.
Laksda TNI Iwan Isnurwanto Pangkoarmada II menegaskan acara ini bukan hanya hiburan musik, tetapi juga sarana pemulihan ekonomi melalui 160 stan UMKM, dengan potensi omzet jutaan rupiah per pelaku usaha.
Festival sehari penuh ini juga diramaikan atraksi terjun payung, demo pesawat tempur, hingga pameran alutsista.
Antusiasme publik tinggi, terbukti tiket berkapasitas 7.800 penonton seharga Rp250 ribu–Rp500 ribu ludes terjual.
Line-up Navy Jazz Traffic Festival 2022 menghadirkan Indonesia Navy Orchestra, Dewa 19 feat Virzha, Tulus, Reza Artamevia, Barry Likumahuwa, hingga Syaharani & Queenfireworks.
Eddy Prastyo Pemimpin Redaksi Suara Surabaya menyebut gelaran ke-10 ini bukan sekadar hiburan, melainkan penanda kebangkitan industri kreatif tanah air setelah pandemi.
2024: Feel the Culture, Create the Memory
Jazz Traffic Festival (JTF) 2024 kembali hadir di Grand City Surabaya pada 14–15 September, mengusung tema “Feel the Culture, Create the Memory”.
Memasuki tahun ke-11, festival musik terbesar di Indonesia Timur ini menghadirkan empat panggung megah dengan 37 penampil lintas genre, namun tetap menempatkan jazz sebagai roh utama.
Hari pertama akan dimeriahkan Kahitna, The Changcuters, Nadin Amizah, Tompi, hingga Barry Likumahuwa & The Rhythm Service yang membawakan aransemen baru lagu-lagu The Rollies.
Ada pula Coldiac, Nonaria, Jamie Aditya, Fusion Jazz Community, dan Semeru Police Band.
Hari kedua pun tak kalah meriah dengan deretan musisi populer yang siap menciptakan pengalaman musik tak terlupakan.
Selain suguhan musik, JTF 2024 menghadirkan merchandise eksklusif seperti t-shirt, topi, hingga paket khusus yang hanya tersedia di lokasi.
Menurut Nuryadi, Creative Director JTF 2024, tema tahun ini mengajak penonton untuk merasakan budaya festival sekaligus menciptakan kenangan.
2025: Be Yourself
Tahun ini, JTF kembali digelar di Grand City Surabaya pada 27–28 September, dengan Bank Jatim sebagai sponsor utama. Karena itu, festival ini hadir dengan nama Bank Jatim Jazz Traffic Festival 2025.
Tema yang diusung dalam JTF tahun ini adalah Be Yourself. Irma Widya Budianti Ketua Panitia menjelaskan, tema ini mengajak penonton bebas menjadi diri sendiri, sekaligus menegaskan ciri khas JTF yang berbeda dari festival musik lain.
Para penampil dipilih melalui kurasi ketat, baik musisi nasional maupun lokal, sehingga setiap musisi bisa menampilkan karakter uniknya.
Tahun ini JTF menghadirkan pengalaman baru lewat Playground dan Exhibition Hall yang dikonsep berbeda.
Tidak hanya ada area Food & Beverage, expo, game, hingga sport, tetapi juga panggung stage bus yang memberi suasana lebih intim antara penampil dan penonton.
Di sini, musisi lokal Surabaya mendapat ruang tampil bersama musisi nasional, sejalan dengan semangat JTF memberi kesempatan bagi talenta baru untuk unjuk gigi.
Salah satu yang ditunggu adalah special show di hari kedua, menampilkan kolaborasi Sheila Majid dan Tohpati dengan format tempat duduk khusus
Festival ini juga menghadirkan nostalgia lewat karya Glenn Fredly yang dibawakan The Bakuucakar.
Nama-nama besar lain seperti Raisa, Ardhito Pramono, hingga Denny Caknan juga siap menghibur penonton.
Ikon Budaya Surabaya
Jazz Traffic Festival (JTF) kini telah menjadi ikon seni dan budaya Surabaya, memikat perhatian penikmat musik sekaligus menguatkan kembali posisi kota ini dalam peta jazz Indonesia.
Kehadiran JTF tak hanya mengingatkan Surabaya sebagai tanah kelahiran legenda jazz, tetapi juga menjadikannya panggung penting bagi perkembangan musik jazz.
Awalnya, Jazz Traffic hanyalah program on air di Radio Suara Surabaya sejak 1985. Namun, apresiasi pendengar yang tinggi mendorong program itu diwujudkan dalam konser langsung, dan sejak saat itu mendapat sambutan hangat dari masyarakat.
Festival ini pun berkembang menjadi wadah penting bagi musisi untuk menyalurkan karya serta pesan mereka.
Surabaya sendiri memiliki sejarah panjang dalam dunia jazz.
Musik ini dulu masuk lewat para pelaut Belanda dan berkembang menjadi bagian dari budaya kota.
Dari sini lahir maestro seperti Bubi Chen, klan Pattiselano, dan Maryono pada era 1970-an.
Kini, jazz di Surabaya terus bertransformasi, menghadirkan ragam aliran mulai dari jazz rock, fusion, acid jazz, hingga ethnic jazz yang berpadu dengan musik tradisional.(ata/kir/faz)
jazz-traffic-festival-perjalanan-unik-dan-menarik-dari-2021-hingga-2025