
MATARAM – Petani tembakau di NTB khusus di Pulau Lombok kembali menghadapi pukulan berat akibat anjloknya harga jual tembakau tahun ini. Para petani tembakau mengaku hasil panen tidak mampu menutup biaya produksi, bahkan sebagian hanya bisa balik modal, sementara yang lain terancam merugi.
Salah satu petani tembakau Lombok Tengah, Muksin mengakui, kondisi sulit yang sedang dihadapi petani tembakau di Lombok.
Menurutnya, harga tembakau kualitas terbaik yang berhasil masuk ke gudang perusahaan kini hanya berkisar Rp46 ribu per kilogram. Sementara harga di lapangan jauh lebih rendah, hanya sekitar Rp30 ribu per kilogram.
“Kalau yang masuk gudang, ya hitung-hitung balik modal. Tetapi bagi yang tidak masuk gudang dipastikan rugi total, karena harganya anjlok sekali,” ungkap Muksin, kemarin.
Dia menduga penurunan harga ini tidak hanya disebabkan oleh faktor lokal, tetapi juga imbas kebijakan di tingkat nasional. Kenaikan pajak di gudang pusat di Jawa dan penutupan sejumlah pabrik rokok akibat gelombang demonstrasi disebut menjadi pemicu utama merosotnya permintaan tembakau. Hal itu dikarenakan ada kenaikan pajak di gudang pusat di Jawa.
“Banyak pabrik rokok tutup gara-gara imbas demo kemarin,” ujarnya.
Hal yang hampir sama dirasakan Rahman asal Sikur Lotim. Dia mengatakan, bahwa harga yang diterima tahun ini dinilai jauh di bawah standar. Padahal, biaya produksi tembakau cukup tinggi, mulai dari biaya bibit, pupuk, hingga pengairan.
“Kalau biaya produksi tembakau tinggi, tapi harga jatuh, ya petani pasti rugi. Kita tidak bisa harapkan untung besar seperti tahun lalu, syukur-syukur bisa balik modal saja,” ungkapnya.
Sementara itu, Ketua Asosiasi Petani Tembakau NTB, Jopy Hendrayani, angkat bicara terkait kondisi dihadapi para petani tembakau. Dia menilai dalih perusahaan yang menyebut harga jatuh karena stok melimpah tidak masuk akal.
“Alasan perusahaan katanya stok melimpah, padahal Indonesia masih banyak impor tembakau. Tidak pernah ada ceritanya kita kelebihan stok. Faktanya, setiap tahun kita tetap impor untuk memenuhi kebutuhan produksi rokok,” tegasnya.
Menurutnya, seharusnya harga pasar mengikuti biaya produksi yang sangat tinggi. Dia menduga ada indikasi permainan kotor baik dari perusahan maupun pemerintah.
“Perusahaan yang ada di lombok ini harusnya peka terhadap apa yang sedang dihadapi petani tembakau ini, biaya produksi tembakau ini sangat tinggi dan seharusnya harganya juga mengikuti,” ungkapnya.
Dia menegaskan bahwa petani tembakau di NTB kini benar-benar membutuhkan perhatian serius dari pemerintah pusat maupun daerah. Jika dibiarkan, ribuan petani bisa kehilangan penghasilan utama mereka.
“Sederhana saja, pemerintah harus hadir di situasi seperti ini supaya petani bisa tenang,” harapnya. (yan)
harga-tembakau-anjlok-petani-terancam-merugi