PROBOLINGGO – Menjelang puncak Konferensi Cabang (Konfercab) PCNU Kraksaan, dinamika perebutan kursi Ro’is Syuriah dan Ketua Tanfidz semakin menghangat. Sejumlah nama mulai mencuat dan mendapat sorotan dari kalangan Nahdliyyin di Probolinggo.
Kyai Abdul Qodir, Ketua Syuriah MWC NU Gending, menegaskan bahwa PCNU Kraksaan membutuhkan figur kolaboratif yang merepresentasikan akademisi sekaligus kalangan salafi. “Idealnya sosok tersebut memiliki pendidikan tinggi, restu para kiai sepuh, serta diterima lintas pondok pesantren,” ujarnya.
Ia menilai KH Dr. Romli Syahir LC, M.Si., C.Wc., Pengasuh Ponpes Ulil Albab Brumbungan Lor, layak menduduki kursi Ro’is Syuriah. Selain alumni Ponpes Nurul Jadid, Romli disebut sudah mendapat restu KH Zuhri Zaini.
Sementara untuk posisi Ketua Tanfidz, Kyai Abdul Qodir mendorong KH Hafidzul Hakim Noer, pengasuh Ponpes Nurul Qodim Kalikajar Paiton sekaligus pimpinan majelis sholawat Syubbanul Muslimin. “Keduanya punya jejaring kuat dan bisa membawa PCNU Kraksaan naik kelas. Pendidikan dan pengabdiannya juga sudah teruji,” tegasnya.
Senada, Wakil Ro’is Syuriah MWC NU Pajarakan, Ustadz Muhammad Zaihu, menilai duet Romli Syahir – Hafidzul Hakim Noer adalah formasi ideal untuk menyelamatkan PCNU Kraksaan. “PCNU harus kembali ke khittah, jangan terjebak afiliasi parpol,” ucapnya, Minggu (31/8/2025).
Sementara itu, KH Romli Syahir menyatakan kesiapannya maju sebagai Ro’is Syuriah. Ia menegaskan dukungan KH Zuhri Zaini agar kursi Ketua Tanfidz diamanahkan kepada KH Hafidzul Hakim Noer. “Sebagai kader NU, kami siap. Apa pun dawuh kiai sepuh, sam’an wa tha’atan,” ujarnya.
Dari sisi teknis, Sekretaris PCNU Kota Kraksaan, Ustadz Fauzan, mengungkapkan Konfercab akan digelar pada 14 September 2025. “Panitia sudah dibentuk, semua kalangan terlibat. Ada Genggong, Rektor UNZAH, TANASZAHA, alumni NJ, hingga tokoh lintas pesantren,” jelasnya.
Konfercab PCNU Kraksaan kali ini diyakini bakal menjadi momentum penting, tidak hanya soal kepemimpinan, tetapi juga arah masa depan NU di wilayah timur Probolinggo.
akademisi-vs-salafi-siapa-unggul