Akademisi: Butuh Pemimpin Bernyali untuk Perubahan di Tengah Cepatnya Perkembangan Teknologi BERITA WUKONG778 MUSIC

Supangat Wakil Rektor II Universitas 17 Agustus 1945 (Untag) Surabaya menegaskan, butuh pemimpin perguruan tinggi yang bernyali untuk menuju perubahan dan mencapai mutu kelas dunia.

Kepemimpinan bernyali itu, kata dia, menjadi kebutuhan mendesak untuk transformasi menuju universitas berkelas dunia World Class University (WCU) di tengah globalisasi dan percepatan teknologi.

“Tanpa keberanian, strategi hanya berhenti pada dokumen indah. Sebaliknya, dengan nyali yang kuat, pemimpin mampu menggerakkan sistem, SDM, dan budaya akademik menuju perubahan sejati,” katanya, pada Jumat (19/9/2025).

Supangat mengingatkan, Thomas Suyatno Ketua Umum Asosiasi Badan Penyelenggara Perguruan Tinggi Swasta Indonesia (ABP-PTSI) pernah menyatakan, membangun WCU membutuhkan visi tajam, tata kelola inovatif, serta komitmen mutu pendidikan, penelitian, dan pengabdian masyarakat.

Namun, dia menilai semua itu tidak akan berarti jika pemimpin perguruan tinggi terjebak di zona nyaman.

“Pemimpin tanpa nyali hanya melahirkan stagnasi. Keberanian diperlukan untuk merombak sistem manajemen, memperbaiki tata kelola keuangan, mengembangkan SDM dosen, dan membangun jejaring internasional,” jelasnya.

Dia melanjutkan, mutu perguruan tinggi saat ini sering dipersepsikan hanya dari pemeringkatan global, padahal angka-angka itu hanya refleksi dari keputusan berani di baliknya.

Lalu, mutu sejati lahir dari pemimpin yang berani mengalokasikan anggaran riset, mendorong publikasi internasional, memperkuat kurikulum, dan menjaga relevansi pendidikan dengan kebutuhan global tanpa melupakan kepribadian nasional.

“Contohnya, terdapat perguruan tinggi yang berani menambah investasi untuk riset, mendorong dosennya aktif menulis di jurnal internasional, hingga membuka kerja sama global dalam bentuk program akademik bersama. Langkah-langkah semacam ini membuktikan bahwa keberanian mengambil risiko mampu mengangkat mutu ke level yang lebih tinggi,” jabarnya.

Kemudian, dia mengarisbawahi perguruan tinggi berkelas dunia juga harus tetap berakar pada nilai Pancasila, bahasa Indonesia, agama, dan kewarganegaraan.

Dalam kesempatan itu, Supangat bilang perubahan kerap menghadapi resistensi. Banyak kampus tahu arah transformasi. Namun, berhenti karena takut mengambil risiko, seperti masih takut kolaborasi internasional hingga takut investasi di bidang riset.

“Padahal, pemimpin berkelas dunia harus berani mendorong transformasi digital kampus, meningkatkan akreditasi internasional, serta membangun budaya akademik yang meritokratis. Inovasi bukan hanya pilihan, melainkan keharusan,” ujarnya.

Dia menambahkan, globalisasi bukan berarti kehilangan jati diri, melainkan mampu menyeimbangkan antara kompetisi global dengan nilai nasional. Perguruan tinggi menurutnya, harus melahirkan lulusan cerdas, berkarakter, dan siap bersaing di tingkat dunia, sekaligus tetap berpijak pada akar kebangsaan.

Universitas yang berani bertransformasi digital tanpa kehilangan nilai kebangsaan, menurutnya mampu melahirkan mahasiswa yang tidak hanya unggul di tingkat global, tetapi juga tetap menjadi agen perubahan sosial di masyarakat lokal.

Mutu berkelas dunia, tambah dia, tidak hadir hanya karena visi besar, tapi lahir dari kepemimpinan yang berani mengambil keputusan sulit, mengelola risiko, dan menembus batas lama yang menghambat kemajuan.

“Perguruan tinggi Indonesia hanya akan berkelas dunia jika dipimpin oleh orang-orang yang berani, berani berubah, berinovasi, dan menjaga jati diri bangsa. Karena sekali lagi, mutu berkelas dunia takkan datang dari pemimpin yang tak punya nyali untuk berubah,” pungkasnya.(ris/rid)


akademisi-butuh-pemimpin-bernyali-untuk-perubahan-di-tengah-cepatnya-perkembangan-teknologi