Wawasan Polling Suara Surabaya: Mayoritas Masyarakat Pilih Belanja dengan Bayar Langsung daripada Paylater BERITA WUKONG778 MUSIC

Purbaya Yudhi Sadewa Menteri Keuangan berpesan agar anak muda Indonesia tidak Fear of Missing Out (FOMO) terhadap hal-hal yang berhubungan dengan keuangan. Seperti, berbelanja untuk memenuhi gengsi hingga berinvestasi.

Saat menjabat sebagai Ketua Dewan Komisioner Lembaga Penjamin Simpanan (LPS), Purbaya pernah mengingatkan anak muda untuk menghindari paylater, terutama jika kondisinya tidak mendesak.

Menurutnya, prinsip utama dalam mengatur keuangan adalah dengan menghindari utang yang tidak perlu, mencegah pinjaman online.

“Dan kalau nggak punya duit, nggak usah beli. Hindari pinjaman online ilegal maupun paylater,” katanya.

Dia menegaskan, paylater sering kali membuat orang terdorong membeli sesuatu secara impulsif. Padahal, penggunaan paylater bisa berujung kesulitan keuangan.

“Paylater hanya boleh digunakan untuk kebutuhan yang benar-benar mendesak dan produktif. Kalau tidak butuh, tidak usah pakai paylater,” tegasnya.

Soal kebiasaan mengelola uang, Purbaya menegaskan harus mulai dibentuk bahkan sebelum seseorang memiliki penghasilan tetap. Tujuannya agar saat kerja, begitu mendapat gaji tidak langsung dihabiskan uangnya.

Tanpa kebiasaan menabung yang baik, orang cenderung menghabiskan seluruh gaji setiap bulan. Akibatnya, meski sudah bekerja bertahun-tahun tidak ada tabungan atau aset yang terkumpul.

Lalu, Anda termasuk yang mana? Belanja langsung bayar atau paylater?

Dalam diskusi di program Wawasan Polling Suara Surabaya, Kamis (18/9/2025), mayoritas masyarakat memilih belanja dengan membayar lunas.

Berdasar data dari pendengar Radio Suara Surabaya yang bergabung melalui telepon dan pesan WhatsApp, sebanyak 71 persen pendengar memilih belanja langsung bayar, sementara 29 persen sisanya membayar dengan paylater.

Kemudian, data dari Instagram @suarasurabayamedia, sebanyak 86 persen atau 440 orang memilih belanja langsung bayar. Sementara 14 persen sisanya atau 74 suara, membayar dengan paylater.

Mengenai metode pembayaran secara langsung atau paylater, Guntari Hudiwinarti atau yang akrab disapa Ita Guntari, seorang financial planner sekaligus Direktur Padma Finansial mengungkapkan, masyarakat boleh saja memilih jenis pembayaran asal harus disesuaikan dengan kebutuhan.

“Sebenarnya utang itu nggak salah. Sepanjang, kita tahu apakah utang itu produktif atau konsumtif. Itu yang harus dipastikan,” katanya saat onair di Radio Suara Surabaya.

Menurut Ita, saat memutuskan berutang untuk mendukung produktivitas, artinya orang tersebut telah melakukan perencanaan secara rasional dan tidak impulsif.

Tapi jika berutang hanya untuk kebutuhan konsumtif atau FOMO, Ita secara tegas tidak menyarankan hal itu.

“Terlebih kalau hanya menuruti FOMO. Kalau ini berulang ada baiknya harus konsultasi ke psikolog. Karena ini bukan masalah pengaturan uang, tapi masalah keyakinannya tentang mengatur uang,” ungkapnya.

Tanda Seseorang Terjebak Utang

Ita menerangkan bahwa orang terjebak utang, biasanya memunculkan tanda-tanda yang hanya disadari oleh dirinya sendiri.

“Yang paling kentara adalah ketika kita merasa pengeluaran lebih banyak dari pemasukan. Itu sudah nggak sehat,” tuturnya.

Saat seseorang memiliki utang, artinya orang itu harus melakukan defisit dengan cara mencatat pengeluaran apa saja yang dilakukan dalam satu bulan.

Ita melanjutkan, setelah mencatat pengeluaran, orang tersebut perlu melakukan evaluasi.

“Kita tracking, mana pengeluaran yang perlu dan harus dicoret atau ditunda. Kalau dalam daftar tersebut adalah pengeluaran primer, maka yang perlu dilakukan adalah menambah pemasukan. Karena umumnya, seseorang boleh berutang, tapi tidak melebih 1/3 penghasilan,” jelasnya.

Jika Terlanjur dan Ingin Menata Cash Flow

Ita menyarankan, jika seseorang sudah terlanjur terjebak utang tapi ingin menata cash flow adalah dengan tidak menambah utang.

“Di sini kita harus evaluasi diri,” tegasnya.

Menurutnya, melakukan evaluasi diri adalah langkah penting. Karena jika seseorang ingin keluar dari lingkaran utang, maka mereka harus berhenti menambah utang.

Selain itu, Ita menjelaskan penting juga untuk melihat kembali utang mana yang memiliki bunga paling besar.

“Kalau ada utang yang bunganya besar, sebisa mungkin segera dilunasi. Kalau dinilai pelunasan utang itu akan mengganggu cash flow, cari tambahan pemasukan lain,” tutupnya.(kir/faz)


wawasan-polling-suara-surabaya-mayoritas-masyarakat-pilih-belanja-dengan-bayar-langsung-daripada-paylater