Membiasakan anak berpikir analitis, dinilai penting agar mereka mampu memecahkan masalah secara efektif, membuat keputusan logis, hingga memahami informasi secara mendalam.
Hal-hal ini yang coba disampaikan Azkarana Rectaversa Almadira, pelajar kelas 12 SMA Negeri 1 Sidoarjo, bersama teman-temannya lewat program “Bridge of Words”, yang pekan ini diadakan di kawasan Pemakaman Rangkah, Surabaya.
Rana, sapaan akrabnya, mengumpulkan sekitar 30-an anak mulai dari TK hingga SD, untuk membaca buku bersama, di Taman Baca Masyarakat (TBM) Makam Rangkah, Minggu (14/9/2025).
“Bedanya kegiatan ini dengan lainnya adalah, kami nggak cuma mengajak anak-anak membaca, tapi mereka juga harus bisa melakukan analisis cerita,” katanya, ditemui suarasurabaya.net.
Dalam menganalisis cerita, kata Rana, anak-anak dibagi menjadi beberapa kelompok. Karena di TBM Makam Rangkah terdiri dari anak-anak TK dan SD, mereka dicampur menjadi satu kelompok belajar.
“Jadi seperti Tutor Sebaya. Dalam satu kelompok, anak-anak yang tergabung berbeda-beda. Ada anak TK, SD, dan pendamping belajar dari relawan. Fungsinya agar pemahaman anak-anak ini merata,” tambahnya.
Rana melanjutkan, tiap kelompok harus bisa menganalisis sebuah cerita berdasarkan penokohan hingga pesan dari cerita itu, yang kemudian dijadikan sebuah kompetisi antar-kelompok.
“Jadi mereka lebih semangat buat berkompetisi dengan yang lain, juga semangat jadi lebih baik lagi,” ungkapnya.
Remaja yang mewakili Indonesia dalam Asian Girls Campaign (AGC) 2025 di Taiwan beberapa waktu lalu mengaku tersentuh dengan antusiasme anak-anak di TBM Makam Rangkah kali ini.
Itu karena kedatangan Rana dan beberapa komunitas yang digandeng dalam mendukung program ini seperti, Save Street Child Surabaya (SSCS, Bibabuku, dan Kumpul Dongeng, benar-benar ditunggu.
“Untuk mencapai kawasan ini, kami harus parkir kendaraan cukup jauh. Tapi, anak-anak ini sudah menunggu kedatangan kami, bahkan sejak di depan gang. Sementara untuk tiba di TBM ini masih harus jalan cukup jauh. Aku impressed banget sama mereka,” tuturnya.
Sementara itu, pekan depan akan menjadi program terakhir “Bridge of Words” yang diprakarsai Rana. Meski begitu, dia berharap masih bisa menemani anak-anak lewat cara yang lain.
“Plan ke depan dan paling dekat ini baru terpikir untuk donasi buku saja. Tapi justru harapan itu, aku letakkan di buku-buku yang aku donasikan. Mungkin aku nggak bisa langsung ada di sini, tapi semoga buku-buku ini bisa menemani mereka,” tandasnya.
Sebagai informasi, proyek literasi yang digagas Rana menjangkau lebih dari 210 anak dari komunitas Save Street Child Surabaya. Kegiatan ini, dilaksanakan setiap akhir pekan di lima titik utama kota Surabaya.
Pekan depan, tepatnya Minggu (21/9/2025)”Bridge of Words” akan menemani anak-anak di kawasan Ambengan Taman Paliatif, Tambaksari.
Seperti diketahui, Rana juga merupakan murid beprestasi yang mendapat penghargaan dari Gubernur dan Wakil Gubernur Jawa Timur dalam peringatan Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) 2025 berkat kontribusinya dalam mengangkat isu literasi dan dedikasi sebagai pelajar yang aktif berprestasi di level nasional maupun internasional. (kir/saf/ham)
pelajar-sidoarjo-ajak-puluhan-anak-di-pemakaman-rangkah-surabaya-terbiasa-berpikir-analitis