
TANJUNG—Kabupaten Lombok Utara (KLU) kini mencuri perhatian nasional dan internasional, berkat keberhasilannya membudidayakan pohon kurma di tanah tropis.
Tanaman yang identik dengan gurun Timur Tengah ini ternyata bisa tumbuh subur di lahan lempung berpasir KLU, sehingga menjadikannya ikon ekonomi baru sekaligus destinasi wisata potensial.
Kisah ini bermula pada tahun 2015 lalu, ketika Jhon Arif Munandar, seorang ilmuwan tanah asal Sumatera Selatan, ditugaskan oleh perusahaan tempatnya bekerja untuk meneliti mengapa tanaman tembakau gagal tumbuh di Lombok Utara.
“Hasil penelitian menunjukkan bahwa tanah di sini masuk kategori lempung berpasir, mirip dengan karakteristik tanah di Timur Tengah,” jelas Jhon, dihadapan Wakil Ketua DPD RI, Tamsil Linrung, dan sejumlah Anggota DPD RI, termasuk Evi Apita Maya (Dapil NTB), dengan didampingi Kepala Badan Riset dan Inovasi Daerah (Brida) NTB, I Gede Putu Aryadi, ketika Kunker ke Perkebunan Kurma Lombok Utara, Sabtu (30/8/2025).
Melihat peluang tersebut, Jhon memutuskan berhenti dari pekerjaannya, dan mulai bereksperimen menanam kurma.
Bersama warga lokal, ia membentuk Kelompok Tani Ukhuwah Datu, dan mulai mengelola lahan seluas 10 hektare dengan sistem pertanian modern.
“Kami menanam lebih dari 1.000 batang pohon kurma. Pohon mulai berbuah di usia enam tahun, dengan produksi mencapai 150–200 kilogram per batang (pohon),” tambahnya.
Pada tahun 2018, gempa bumi dahsyat melanda Lombok, dan Lombok Utara menjadi wilayah terdampak paling parah. Saat itu, kelompok tani kesulitan membeli pupuk kimia karena keterbatasan dana.
“Kami terpaksa menggunakan kotoran sapi sebagai pupuk. Ternyata hasilnya luar biasa, pohon kurma justru berbuah lebat. Terpenting, kurma Lombok Utara bebas dari bahan kimia, karena menggunakan pupuk alami,” ungkap Jhon.
Belakangan diketahui bahwa negara-negara Timur Tengah juga mengimpor kotoran sapi dari India sebagai pupuk kurma.
“Di Lombok, tradisi beternak sapi sudah mengakar, sehingga kotoran sapi tersedia melimpah dan menjadi solusi alami yang efektif,” jelas Jhon.
Sementara Kepala Brida NTB, I Gede Putu Aryadi, menyampaikan dukungan Pemprov NTB, sekaligus menjelaskan keberhasilan budidaya kurma ini dari sisi ilmiah.
Menurutnya, suhu udara di KLU yang panas di siang hari dan dingin di malam hari, memang sangat mirip dengan iklim Timur Tengah.
“Iklim ini memungkinkan pohon kurma tumbuh subur dan berbuah optimal di wilayah Lombok Utara,” jelas Gede Aryadi.
Ditambahkan, bahwa kurma KLU memiliki keunggulan karena bisa berbuah sepanjang tahun dan tidak mengenal musim.
Jenis-jenis kurma seperti Sukari, Khalas, Barhi, dan Tunisia telah berhasil tumbuh subur, bahkan pernah dipamerkan di festival internasional di Abu Dhabi, sehingga mendapatkan pengakuan dunia.
“Kurma ini bebas bahan kimia, berkualitas tinggi, dan sangat potensial untuk mendukung UMKM serta ketahanan pangan,” tambah Gede Aryadi.
Keberhasilan ini lanjutnya, tentu dapat membuka peluang besar bagi sektor pariwisata, koperasi merah putih, dan program makan bergizi gratis (MBG).
“Pemerintah daerah dan masyarakat optimistis bahwa Lombok Utara kedepan bisa menjadi pusat perkebunan kurma nasional,” ujar Gede Aryadi.
Sedangkan Wakil Ketua DPD RI, Tamsil Linrung, yang sebelumnya juga hadir langsung dalam kunjungan kerja ke kebun kurma, menyampaikan apresiasi tinggi kepada para petani.
“Ini luar biasa. Kurma yang biasanya hanya tumbuh di Arab, ternyata bisa berbuah lebat di Lombok Utara. Banyak daerah lain mencoba, tapi belum berhasil,” puji Tamsil.
Ia berkomitmen untuk membawa keberhasilan ini ke kementerian terkait, agar budidaya kurma di Lombok Utara mendapat prioritas bantuan dari pemerintah pusat.
“Silakan susun proposalnya. Kami akan bantu dengan surat pengantar agar program ini mendapat perhatian khusus pemerintah pusat. Nanti bisa koordinasi dengan Ibu Evi Apita Maya, sebagai Anggota DPD RI Dapil NTB,” tegasnya. (gt)
kurma-lombok-utara-menjelma-jadi-ikon-ekonomi-dan-destinasi-wisata-baru