
SELONG – Program Studi Kebidanan Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga (Unair) bekerja sama dengan Dinas Kesehatan Kabupaten Lombok Timur menggelar pelatihan deteksi dini dan pencegahan preeklamsia. Kegiatan yang berlangsung pada 24–25 Agustus 2025 ini diikuti puluhan bidan dari 35 puskesmas se-Lombok Timur.
Pelatihan ini merupakan bagian dari program pengabdian masyarakat skema Program Kemitraan Masyarakat (PKM) Unair, dengan dukungan penuh pendanaan dari universitas.
Kepala Dinas Kesehatan Lombok Timur, H. Pathurrahman, yang membuka acara, menekankan pentingnya peningkatan kapasitas bidan sebagai garda terdepan kesehatan ibu.
“Kegiatan ini sangat berarti dalam upaya menurunkan angka kematian ibu dan bayi. Di sini dibahas kendala, pengetahuan, serta keterampilan yang diperlukan, termasuk pemanfaatan bahan alam,” ujarnya.
Kaprodi Kebidanan FK Unair, Dr. dr. Budi Prasetyo, Sp.O.G., Subsp Obginsos., yang menjadi narasumber utama, menegaskan bahwa preeklamsia masih menjadi penyebab utama kematian ibu di Indonesia maupun dunia. “Dengan mengetahui faktor risikonya, penyakit ini bisa dideteksi sejak dini,” jelasnya.
Faktor risiko yang dimaksud antara lain ibu dengan berat badan berlebih dan kehamilan pertama di atas usia 35 tahun. Menurutnya, skrining dini sudah tercantum dalam buku KIA, sehingga intervensi seperti pemberian aspirin dosis rendah maupun suplementasi kalsium bisa segera dilakukan.
Ketua kegiatan, Astika Gita Ningrum, M.Keb., menambahkan pelatihan ini dirancang untuk meningkatkan keterampilan bidan di lini pelayanan primer. Selain Dr. Budi, hadir pula Dr. apt. Zamrotul Izzah, S.Farm., M.Sc., yang memaparkan pemanfaatan bahan alam lokal seperti kelor, tomat, dan alpukat sebagai intervensi gizi. Materi lain meliputi strategi skrining, asuhan kebidanan, hingga penggunaan MgSO₄ dalam penanganan kegawatdaruratan.
Para peserta juga mengikuti simulasi kasus yang dipandu Dr. Dewi Setyowati, S.Keb., Bd., M.Ked.Trop. Hasilnya menunjukkan peningkatan pemahaman dan keterampilan praktis bidan dalam mengenali gejala dan melakukan penatalaksanaan awal preeklamsia.
Dr. Budi turut mengapresiasi potensi bahan alam di Lombok Timur. “Daun kelor dan alpukat bisa menjadi penunjang, meski obat utama tetap harus diberikan tenaga kesehatan,” tegasnya. Ia juga menekankan pentingnya keterlibatan kader PKK, keluarga, bahkan ibu hamil sendiri dalam melakukan deteksi dini.
Melalui kegiatan ini, diharapkan kompetensi bidan semakin meningkat sekaligus memperkuat jejaring kolaborasi antara tenaga kesehatan, akademisi, dan pemerintah daerah dalam mewujudkan layanan kesehatan ibu yang berkualitas dengan memanfaatkan potensi lokal. (RL)
unair-gelar-pelatihan-bidan-di-lombok-timur-untuk-tekan-angka-kematian-ibu-akibat-preeklamsia