Tagar “Bupati Ne Sopo” Dinilai Tidak Relevan, Kang Marhaen Ajak Fokus Bangun Nganjuk BERITA WUKONG778 MUSIC

 

NGANJUK – Suhu politik di Kabupaten Nganjuk sebenarnya sudah selesai pasca pelantikan bupati dan wakil bupati definitif. Namun belakangan, muncul kaos bertuliskan “Bupati Ne Sopo” yang memantik tanda tanya sekaligus polemik di masyarakat.

Prayogo Laksono, S.H., M.H., pengacara asal Desa Ngumpul, Kecamatan Bagor, menilai fenomena itu tidak tepat dan bisa menimbulkan keresahan.

“Secara hukum, tidak ada lagi ruang perdebatan soal siapa Bupati Nganjuk. Pelantikan sudah sah dilakukan Presiden, jadi jabatan bupati dan wakil bupati tidak bisa digugat dengan narasi spekulatif,” tegasnya.

Saat ini Bupati Nganjuk adalah Marhaen Djumadi (Kang Marhaen), bersama wakilnya Trihandy Cahyo Saputro (Mas Handy). Keduanya resmi dilantik Presiden Prabowo Subianto pada 20 Februari 2025 di Jakarta, bersamaan dengan ratusan kepala daerah lain di Indonesia.

Pelantikan itu merupakan amanat Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah. Artinya, kepemimpinan Kang Marhaen dan Mas Handy sudah final, sah, dan mengikat secara hukum.

Sejak awal menjabat, Kang Marhaen menekankan pentingnya kebersamaan dan kerja nyata. Ia ingin seluruh elemen masyarakat mendukung program pembangunan.
“Kontestasi politik sudah selesai. Sekarang waktunya bersatu, bekerja, dan fokus membangun Nganjuk yang lebih maju, transparan, dan sejahtera. Jangan lagi terjebak isu yang memecah belah,” tegasnya.

Prayogo pun menambahkan, tagar atau kaos “Bupati Ne Sopo” hanyalah sisa-sisa panas politik. “Sudah jelas siapa bupati definitif. Yang perlu kita lakukan sekarang adalah mengawal jalannya pemerintahan, bukan memperkeruh suasana,” ujarnya.

Kang Marhaen menegaskan, stabilitas sosial dan politik di Nganjuk adalah fondasi utama untuk melaksanakan program pembangunan, mulai dari infrastruktur, pelayanan publik, hingga kesejahteraan petani.
“Dengan kebersamaan, Nganjuk akan lebih cepat bangkit dan melesat. Jangan biarkan isu spekulatif menghambat semangat kita,” tandasnya.

Ia juga menegaskan bahwa peran wakil bupati di era kepemimpinannya akan dioptimalkan, bukan hanya sebagai “ban serep”.

“Ilmu manajemen itu mendelegasikan, bukan menciptakan ‘matahari kembar’. Jadi bukan soal ‘Bupatine sopo’, tapi bagaimana kita bekerja bersama demi rakyat,” tutup Kang Marhaen penuh semangat. (sr)

tagar-bupati-ne-sopo-dinilai-tidak-relevan-kang-marhaen-ajak-fokus-bangun-nganjuk