Ketika Kelimpahan Justru Berujung Kekacauan BERITA WUKONG778 MUSIC

Ilustrasi berwarna hasil rekonstruksi AI dari foto asli John B. Calhoun di dalam koloni percobaan ‘Universe 25’.

MATARAM–Pada tahun 1968, peneliti perilaku sosial asal Amerika Serikat, John B. Calhoun, meluncurkan sebuah eksperimen besar yang kemudian dikenal dengan nama Universe 25.

Penelitian ini menjadi salah satu eksperimen paling terkenal dalam sejarah ilmu perilaku, sekaligus menimbulkan perdebatan panjang hingga kini.

Eksperimen ini dilakukan di sebuah ruang buatan berukuran sekitar 2,7 meter persegi dengan dinding setinggi 1,4 meter. Habitat tersebut dirancang menyerupai utopia kecil: makanan dan air tersedia tanpa batas, suhu dijaga stabil, dan tidak ada predator maupun penyakit. Dengan kata lain, segala kebutuhan dasar tikus dijamin sepenuhnya.

Pertumbuhan Pesat

Eksperimen dimulai dengan empat pasang tikus putih. Pada tahap awal, populasi berkembang sangat cepat, berlipat ganda setiap sekitar 55 hari. Pada hari ke-315, jumlahnya mencapai 620 ekor.

Namun setelah itu, laju pertumbuhan melambat. Populasi baru berlipat ganda setiap 145 hari. Akhirnya, jumlah tikus mencapai sekitar 2.200 ekor—angka yang jauh lebih kecil dibanding kapasitas ruang yang sebenarnya bisa menampung hingga 3.000 ekor.

Munculnya Behavioral Sink

Pada fase kepadatan tinggi inilah fenomena yang disebut Calhoun sebagai behavioral sink mulai muncul. Ia menggambarkannya sebagai keruntuhan perilaku sosial akibat tekanan populasi.

Gejala yang tercatat antara lain:

Agresivitas meningkat. Tikus jantan kerap bertarung tanpa sebab jelas, bahkan menyerang tikus betina maupun anak-anak.

Perilaku seksual menyimpang. Sebagian tikus jantan memperlihatkan hiperseksualitas, melakukan kawin berulang kali tanpa seleksi pasangan. Sebagian lain justru menunjukkan perilaku homoseksual, dan ada pula yang sepenuhnya pasif tidak lagi berminat bereproduksi.

Penelantaran anak. Banyak induk betina berhenti merawat anaknya. Beberapa bahkan melakukan kanibalisme terhadap keturunannya sendiri.

Muncul kelompok “the beautiful ones”. Ini adalah tikus-tikus yang menarik diri dari interaksi sosial, tidak mau kawin, tidak berkelahi, dan hanya sibuk makan serta membersihkan diri. Secara fisik mereka tampak sehat, namun secara sosial tidak berfungsi.

Menuju Kepunahan

Akibat perilaku-perilaku tersebut, angka kelahiran menurun drastis. Generasi baru semakin sedikit, sementara angka kematian terus bertambah. Meski sumber daya melimpah, koloni tidak lagi mampu mempertahankan diri. Pada akhirnya, populasi tikus dalam “utopia” itu runtuh dan punah.

Perdebatan dan Warisan Ilmiah

Eksperimen Universe 25 memicu perdebatan luas. Banyak ilmuwan pada masanya melihatnya sebagai peringatan tentang bahaya kepadatan penduduk di kota-kota besar. Konsep behavioral sink bahkan sempat memengaruhi kajian sosiologi, psikologi, hingga perencanaan kota.

Namun kritik juga berdatangan. Banyak pakar menilai hasil penelitian ini tidak bisa diterapkan langsung pada manusia, karena manusia memiliki budaya, moral, institusi sosial, dan teknologi yang jauh lebih kompleks dibanding koloni tikus di laboratorium.

Refleksi Masa Kini

Meski begitu, nama John B. Calhoun dan eksperimen Universe 25 tetap kerap disebut dalam diskusi modern, terutama ketika membicarakan urbanisasi, tekanan sosial, menurunnya angka kelahiran di negara maju, hingga pola hidup individualis.

Pertanyaannya, apakah fenomena “utopia tikus” ini benar-benar memberi gambaran tentang kondisi manusia modern, atau sebaiknya dipandang sekadar catatan menarik dalam sejarah ilmu perilaku? (RL)


ketika-kelimpahan-justru-berujung-kekacauan