Museum Jalan Tol Indonesia Jawa Timur (Jatim) segera dibuka di Surabaya pada 11 Oktober 2025 mendatang. Museum yang digagas oleh Perhimpunan Pensiunan Jasa Marga (PPJM) ini akan jadi yang pertama di Indonesia, bahkan dinyatakan tidak ada tandingannya di dunia.
Suyitno selaku Ketua Panitia dan Kepala Museum Jalan Tol Indonesia Jatim menyebut, keberadaan museum ini penting untuk melestarikan sejarah jalan tol. Ia bahkan mengutip pepatah klasik untuk menggambarkan langkah awal pendirian museum.
“Sebelumnya saya mengutip sebuah kata bijak atau ungkapan kuno yang disampaikan oleh Lao Tzu (penulis asal Tiongkok–red). Jadi perjalanan panjang 1000 mil itu dimulai dari satu langkah kecil. Nah, bagi kami, kami memaknai satu langkah kecil itu ini salah satunya adalah ini,” ujarnya dalam jumpa pers di Surabaya, Kamis (21/8/2025).
Suyitno menjelaskan, museum ini akan menyajikan berbagai koleksi yang merekam perjalanan tol dari tahap pembangunan, pengoperasian, hingga pemeliharaan.
Secara umum, koleksinya akan dibagi menjadi tiga kategori. Pertama berupa benda-benda bernilai sejarah, kedua panel informasi, dan ketiga tayangan video atau multimedia.
Koleksi museum akan mempresentasikan keberadaan 13 ruas jalan tol yang saat ini beroperasi di wilayah Jatim. Delapan dari 13 ruas tersebut merupakan segmen Jalan Tol Trans Jawa yang menghubungkan Merak di ujung barat dan Banyuwangi di ujung timur.
Ruas itu meliputi Mantung–Ngawi (sambungan Jalan Tol Solo–Ngawi), Ngawi–Kertosono, Kertosono–Mojokerto, Mojokerto–Surabaya, Surabaya–Gempol, Gempol–Pasuruan, Pasuruan–Probolinggo, dan Probolinggo–Banyuwangi. Sementara lima ruas lainnya adalah Surabaya–Gresik, Waru–Juanda, Gempol–Pandaan, Pandaan–Malang, serta Krian–Manyar.
Hengky Harwanto Pembina Museum Jalan Tol Indonesia Jawa Timur menekankan bahwa jalan tol adalah bagian dari peradaban bangsa.
“Museum itu sebagaimana umumnya adalah sering juga disebut sebagai entalase peradaban bangsa, dan kami melihat jalan tol ini adalah salah satu peradaban bangsa. Dengan jalan tol ini perjalanan menjadi lebih cepat,” katanya.
Ia menambahkan, jalan tol bukan hanya soal jarak, melainkan nilai yang menghubungkan banyak kehidupan.
“Dengan jalan tol bisa menghubungkan satu tempat dengan tempat lain, satu kelompok manusia dan kelompok manusia yang lain yang jauh tempatnya berjauhan. Jadi di situ ada falsafah bahwa jalan tol ini harus lebih memiliki nilai lebih dibanding jalan non-tol.”
Hal senada juga disampaikan Prof. Ir. Priyo Suprobo Rektor ITS periode 2007-2010. Dia menegaskan fungsi museum adalah sebagai pusat edukasi bagi generasi penerus.
“Museum itu adalah suatu tempat pembelajaran bagi generasi yang berikutnya karena ini saya jadi ingat karena kita dalam rangka bulan peringatan kemerdekaan 17 Agustus dan ada pepatah yang disampaikan oleh Bung Karno (Presiden Pertama RI),” tuturnya
“Bangsa yang besar adalah bangsa yang bisa menghargai para pahlawan. Nah, di sini harapan kami adik-adik kita nanti itu bisa belajar dan menghormati,” imbuh dia.
Sayitno menambahkan museim ini menyasar dunia pendidikan, mulai dari pelajar tingkat SD hingga mahasiswa.
“Jadi sasaran kami tentu pada pendidikan ya. pendidikan. Makanya dalam program kerja kita, kita nanti akan mengundang khususnya anak-anak. Dari anak-anak, dari SD itu, SD, SMP, SMA itu kita pernah. Kemudian nanti kalau kita barang koleksinya sudah lengkap, tentu kita akan menerima apabila ada mahasiswa yang mau belajar tentang jalan tol. Misalnya membuat skripsi tentang jalan tol. Itu bisa bisa kita bantu dan itu kita sediakan bahan-bahannya di dalam museum ini,” papar Suyitno.
Menurutnya, gagasan ini lahir karena perjalanan panjang tol di Indonesia belum terdokumentasi dengan baik. Karena itu, museum ini diharapkan menjadi pusat dokumentasi sekaligus sarana edukasi bagi generasi penerus.
Museum Jalan Tol Indonesia Jawa Timur akan menempati salah satu area di Kantor Jasa Marga, Plaza Tol Kota Satelit, Jalan Mayjen Sungkono Surabaya, dan resmi dibuka sehari sebelum peringatan Hari Museum Indonesia pada tanggal 12 Oktober 2025.
Museum ini nantinya tidak akan dipungut biaya . Nantinya, apabila ada pembayaran, akan diberlakukan sistem sukarela dari pengunjung yang datang. (ata/bil/ham)
jadi-yang-pertama-di-dunia-museum-jalan-tol-indonesia-hadir-di-surabaya