MATARAM — Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) mencatat total kumulatif kasus HIV/AIDS (Human Immunodeficiency Virus dan Acquired Immunodeficiency Syndrome) sebanyak 2.490 kasus, sejak tahun 2001 hingga pertengahan 2025.
Tren peningkatan kasus baru sejak tahun 2021 hingga 2023 hampir 100 persen, apabila dibandingkan tahun sebelumnya.
“Trennya bisa jadi kasus yang saya sampaikan seperti fenomena gunung es. Hanya tampak di permukaan, tapi ternyata kasusnya bisa lebih banyak di bawah,” kata Kepala Dinas Kesehatan Provinsi NTB Lalu Hamzi Fikri, di Mataram, Selasa (19/8/2025).
Hingga saat ini, Kota Mataram masih menjadi kota dengan jumlah kasus HIV tertinggi di NTB. Angka kasus penderita HIV/AIDS di Kota Mataram mencapai 929 kasus terhitung Januari-Juni tahun 2025 ini. Rinciannya, HIV 493 kasus dan AIDS 436 kasus. Sementara yang meninggal dunia ada 139 kasus.
Namun untuk jumlah kasus baru di tahun 2024 lebih melandai jika dibandingkan jumlah kasus baru pada tahun 2023.Tapi dibandingkan dengan tahun sebelumnya, jumlah kasus di 2024 lebih melandai, dibandingkan jumlah kasus baru pada 2023. Ini sebenarnya masih menjadi catatan kita.
Hal ini menjadi catatan yang cukup menggembirakan serta menjadi motivasi bersama untuk terus berjuang agar kinerja dalam pelaksanaan progam pengentasan HIV tetap terjaga.
Secara keseluruhan, kasus HIV di NTB sebagian besarnya berasal dari kelompok populasi LSL (Lelaki Seks Lelaki), dengan sebaran yang berasal dari kelompok populasi seperti populasi umum, pasangan risiko tinggi, penderita TBC, pasangan ODHIV (Orang dengan HIV), Pelanggan Pekerja Seks, Waria, Ibu Hamil, Wanita Pekerja Seks, Warga Binaan Pemasyarakatan, dan sebagainya. Pola penularan HIV masih didominasi melalui hubungan seksual berisiko terutama pada LSL.
Meski demikian, siapa pun dapat berisiko terinfeksi HIV, terutama jika kurang mendapat akses informasi dan edukasi perihal HIV, sehingga pengetahuan tentang cara pencegahan serta pengetahuan tentang kepatuhan dalam mengonsumsi obat ARV bagi penderita juga kurang, maka risiko pun akan lebih tinggi.
Dinas Kesehatan Provinsi NTB terus mengupayakan berbagai program pencegahan, mulai dari kombinasi pencegahan pada populasi kunci seperti pemberian kondom dan pelicin bagi kelompok berisiko, skrining dan pengobatan IMS (Infeksi Menular Seksual), alat suntik steril dan terapi rumatan metadon.
Ada pula pemberian Profilaksis Pra dan Paska Pajanan, pencegahan penularan HIV dari Ibu ke anak, pemberian kekebalan Infeksi HPV, melaksanakan uji saring dan penerapan kewaspadaan standar.
Saat ini Dinas Kesehatan juga menggencarkan pemberian Profilkasis Pra Pajanan (PrEP) sebagai upaya pencegahan penularan HIV kepada Lelaki Seks Lelaki (LSL), Wanita Pekerja Seks (WPS), Waria, Pasangan Risiko Tinggi, Pasangan ODHIV dan Penasun (Pengguna Napza Suntik) di tiga kab/kota yaitu Kota Mataram, kabupaten Lombok barat dan kabupaten Lombok timur.
Kegiatan pencegahan dan penanggulangan HIV adalah suatu kegiatan besar yang tentu membutuhkan kerja sama dengan berbagai pihak baik pemerintah, swasta dan komunitas.
Kerja sama telah dilakukan mulai dari kerja sama dengan kampus-kampus di Mataram, SMA, dan fasiltas pelayanan kesehatan swasta dalam upaya pencegahan dan edukasi penularan HIV di NTB, serta memanfaatkan berbagai platform mulai dari videotron, media sosial untuk mengoptimalkan edukasi dan sosialisasi program HIV di NTB.
Berbagai tantangan dihadapi dalam upaya penurunan angka HIV di NTB, mulai dari stigma dan keterbukaan ODHIV terhadap pasangan dan keluarga, dukungan anggaran program HIV dan pejangkauan kepada komunitas.
“Jangan sampai penularan lebih banyak lagi termasuk jangan sampai terjadi penularan kepada istri, anak. Penularan pada anak bisa juga. Kalau istrinya terinfeksi HIV, anaknya terinfeksi juga dilakukan operasi,” terangnya. (rat)
penderita-hiv-aids-di-ntb-capai-2-490-kasus